Orang yang berjuang harus evaluasi diri, apakah ia berjuang untuk lawan bangsa sendiri atau lawan musuhnya. Kita tidak mengerti ada orang membunuh sesama teman sendiri beberapa tahun terakhir atas nama perjuangan seperti puncak, Dogiyai, pegunungan Bintang dan Yahukimo hari ini. Ini suatu kondisi yang penuh makna dan bersayap. Saya pernah menulis, setelah pilot Plip Marthen di sandera, dan pihak yang merasa berwenang klaim diri bahwa itu akan jadi jaminan perundingan Jakarta-Papua dibawah pengawasan internasional, sambil berkata itu, pihak tersebut serang Benny dan karena dianggap itu urusannya sendiri.
Ada yang klaim bahwa sudah mediator negara A, B, C dan seterusnya. Akhirnya, kita tahu semua hasilnya seperti apa. Apakah orang mengerti kata merdeka, kata itu berarti orang bebas, damai, dan cinta, maka orang berjuang adalah untuk kebebasan, kedamaian, dan kasih. Itu inti perjuanga, perjuangan di lapangan harus ada efek internasional, dalam bentuk konkrit. Dukungan konkrit itu terjadi, kalau ada penegakan hukum humaniter, bila dalam suatu organisasi saling serang dan saling bunuh, sangat sulit mendapat dukungan pihak lain.
