Aktivis pejuang kemerdekaan Papua Barat, Jonah Wenda yang menutup usia pada, Senin (10/10/2022) di Rumah Sakit Dian Harapan, Kota Jayapura. - Dok. Daniel Randongkir |
Jayapura, Jubi – Aktivis pejuang kemerdekaan Papua Barat, Yunus Wenda atau yang lebih dikenal dengan nama Jonah Wenda, telah menutup usia di Kota Jayapura pada Senin (10/10/2022). West Papua National Coalition for Liberation atau WPNCL yang kehilangan salah satu tokoh utamanya pun menyampaikan rasa duka cita yang mendalam.
Jonah Wenda merupakan Ketua Executif WPNCL itu meninggal di Rumah Sakit Dian Harapan, Kota Jayapura pada Senin. Jenazahnya disemayamkan di rumah duka, Sentani, Kabupaten Jayapura.
Rekan seperjuangan Jonah Wenda di WPNCL, Daniel Randongkir menyatakan rasa dukanya yang mendalam. “Jonah berjuang sejak masih duduk di bangku SMA,” kata Randongkir kepada Jubi melalui media sosialnya, Senin.
Randongkir mengatakan Jonah Wenda telah mengabdikan seluruh hidupnya untuk mengorganisir perlawanan rakyat Papua atas pendudukan Indonesia di Tanah Papua. “Ia sejak masih duduk di bangku SMA Negeri 1 Abepura pada tahun 1989 telah mengorganisir kaum pelajar agar terlibat dalam aksi perayaan satu tahun Proklamasi Negara Melanesia Barat oleh Dr Thomas Wapai Wanggai. Akibatnya, dia ditangkap dan mendekam dalam penjara Lembaga Pemasyarakatan Kalisosok pada usia yang masih belia,” katanya.
Randongkir mengatakan setelah Jonah Wenda bebas dari penjara, ia kuliah di Fakultas Hukum Universitas Cenderawasih. “Pada 18 Maret 1996, ia kembali mengorganisir aksi demonstrasi menuntut pertanggungjawaban negara atas kematian Dr Thomas Wanggai, sehingga memicu kerusuhan di Kota Abepura,” katanya.
Randongkir menuturkan bahwa Jonah kemudian mengorganisir rakyat yang hendak mengungsi ke Papua Nugini karena dikejar oleh aparat keamanan Indonesia pada saat itu. Di Papua Nugini, Jonah Wenda tidak berhenti berjuang.
“Sesampai di Papua Nugini, Jonah membentuk West Papua National Youth Awareness Team, dan melakukan konsolidasi diaspora Papua di Papua Nugini, dari kota ke kota. Tidak sekadar membangun konsolidasi, ia membangun jaringan solidaritas dengan Melanesian Spearhead Group yang memperjuangkan pembebasan total di kawasan Pasifik Selatan,” katanya.
Randongkir mengatakan ia bertemu dengan Jonah Wenda dan berjuang bersama-sama sejak tahun 2004, hingga kedua memotori WPNCL . “Kitong dua ketemu tahun 2004, dan kerja sama untuk dorong proses konsolidasi gerakan Papua sehingga bisa menuju proses persatuan gerakan perjuangan Papua,” katanya
Randongkir mengatakan, banyak karya yang sudah dihasilkan mendiang Jonah Wenda, mulai dari pembentukan WPNCL, pembentukan wadah koordinatif Dewan Militer Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), sampai dengan lahirnya United Liberation Movement for West Papua (ULMWP).
“Kaka Jonah sudah bikin banyak karya luar biasa, sampai mampu mengantar perjuangan orang Papua hingga mencapai level internasional [seperti] saat ini. Tapi sayang, Brata, ko su jalan duluan sebelum kitong selesaikan semua rencana dan tujuan yang biasa kitong diskusi. Semoga sisa tanggung jawab [itu] dapat kami selesaikan,” katanya. (*)