Hendropriyono. ©2017 Merdeka.com/Ahda |
Merdeka.com - Mantan Kapala Badan Intelijen Negara (BIN) Hendropriyono mengaku telah berkomunikasi dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Dia menyampaikan terkait kelompok pemberontak Papua yang semakin membahayakan.
"Soal Papua itu kalau kita hanya fokus kepada pertempuran regu antigerilya menghadapi gerilya OPM di hutan, tak usah sampe Panglima TNI, itu hanya perkara pertempuran kecil anti gerilya. Biar Pak Prabowo saja kirim timnya," kata Hendro di ruang kerjanya di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan kepada Tim Liputan6, Kamis (26/12/2019).
Hendro bercerita, Prabowo saat masih menjadi Danjen Kopassus memiliki tim atau regu yang dipercaya andal untuk menghadapi OPM. Menurutnya hal itu sudah terbukti dalam sejarah bangsa Indonesia.
"Timnya itu kan sersan, kopral jago-jago, tidak usah kita ke sana yang ngurusinnya," tegas Hendro.
Sebagai seorang ahli perang pada zamannya, purnawirawan jenderal bintang empat ini yakin bila Papua tak ditangani cepat, akan bernasib seperti Timor Timur yang berakhir lepas dari NKRI.
Hendro melihat pergerakan tokoh intelektual seperti Benny Wenda bermain persis seperti Ramos-Horta yang bermain di forum internasional saat konflik di Timor Timur.
"Dulu Tim-Tim itu perjalanannya persis, Ramos Horta main di luar negeri, dia dapat hadiah nobel, sementara yang bertempur? Saya 74, 75, 77, kapan kalah bertempur? tidak pernah, tapi perangnya? Iya kalah iya karena politik, dan 25 tahun kemudian kita serahkan Timtim free of charge," tutur Hendropriyono dengan nada jengkel.
Karenanya Hendro mewanti, sebagai rakyat, kepada tataran elite pemerintahan agar dapat mencegah terjadinya skema yang sama digunakan Timor Timor. Mantan Ketum PKPI ini yakin bila strategi yang diutarakan kepada Menhan Prabowo dapat diterapkan dengan baik, maka permasalahan kelompok separatis seperti OPM dapat tuntas.
"Belajarlah yang baik dari sejarah, jangan tidak pernah belajar. Ini kan baru kebetulan saya mengalami semuanya kami mengalami semuanya, kalau saya diam saja namanya saya warga negara apatis," Hendro menandasi. [ded]