Jakarta – Mantan pejabat Badan Intelijen Negara (BIN), Kolonel (Purn) Sri Radjasa, membeberkan analisa yang ia sebut sebagai ancaman serius terhadap keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam wawancara di kanal YouTube Forum Keadilan TV, Jumat (8/8/2025), Radjasa menyebut potensi gerakan kemerdekaan di sejumlah daerah masih aktif, terorganisir, dan memiliki jaringan internasional.
Menurutnya, sebagai contoh pemicu terbaru beberapa bulan lalu berasal dari isu rencana pengambilan empat pulau Aceh oleh provinsi Sumatra Utara. Meski rencana tersebut tidak jadi (batal), Radjasa menilai dampaknya sudah memunculkan kembali sentimen perjuangan kemerdekaan Aceh, baik di dalam maupun di luar negeri.
“Motornya kelompok Acheh-Sumatra National Liberation Front (ASNLF) di Eropa dan mereka terus menggulirkan isu lainnya,” kata Sri Radjasa.
ASNLF dan Keterkaitan dengan UNPO
Radjasa menjelaskan bahwa ASNLF bukanlah organisasi kecil. Ia menyebut kelompok itu sebagai anggota tetap Unrepresented Nations and Peoples Organization (UNPO), sebuah lembaga internasional yang berbasis di Den Haag, Belanda dan reputasinya pernah terlibat dalam proses kemerdekaan sejumlah negara seperti Kosovo.
“ASNLF dimotori oleh para intelektual yang cerdas. Mereka ada yáng menyusup ke dalam negeri, membangun sel-sel jaringan, bahkan membuka peluang masuknya senjata,” ujarnya.
Radjasa menjelaskan kalau kelompok GAM Muzakir Manaf sudah clear dengan mendukung MoU Helsinki. Namun, GAM dengan ASNLF sebenarnya mempunyai persoalan tradisional seperti permusuhan. Radjasa membongkar cara untuk mengantisipasi ASNLF tersebut dengan mendorong koordinasi antara BIN dan tokoh-tokoh lokal.
Ia menilai Gubernur Aceh Muzakir Manaf dapat berperan sebagai buffer person (tameng) dengan memantau dan kemudian melaporkan pergerakan ASNLF bila menyusupkan senjata kepada lembaga telik sandi itu.
Dukungan dari Belanda
Siapa sebetulnya yang berada dibelakang Acheh-Sumatra National Liberation Front ini, tanya host kanal Forum Keadilan TV itu, Darmawan Sepriyossa.
Radjasa menuding pemerintah Belanda memberikan dukungan kepada ASNLF melalui UNPO. Ia menyebut pendanaan dan fasilitas UNPO berasal dari Belanda, negara yang menurutnya “tidak pernah sepenuhnya ikhlas” terhadap kemerdekaan Indonesia.
“Aceh, Riau, Bali, Papua, Minahasa, hingga Maluku. Semua itu saling terhubung dalam jaringan UNPO,” tegasnya.
Potensi Disintegrasi di daerah Lain
Radjasa mengklaim, beberapa daerah sudah menunjukkan simbol dan gerakannya. Bali disebut memiliki bendera sendiri, Papua aktif sementara Maluku melalui Forum Kedaulatan Maluku dan Republik Maluku Selatan (RMS) di Belanda. Minahasa juga dinilai memiliki potensi gerakan serupa.
Radjasa mengaku juga dalam waktu dekat akan berbicara dengan Think Tank Prabowo untuk mengingatkan isu kemerdekaan dan kerawanan dari berbagai daerah itu.
Berikut cuplikan video wawancara tersebut yang bersumber dari kanal Youtube Forum Keadilan TV.
#AcehBersatu
#DiasporaAceh
#ASNLF
#UNPO
#Belanda
#AcehMerdeka